Monday, March 24, 2014

NASEHAT AL HABIB SALIM ASSATIRI SAAT RIHLAH DI SURABAYA


Seorang ulama masyhur dari yaman hadramaut yaitu Al Habib Salim Assatiri rihlah di Surabaya tepatnya di daerah ampel jalan margi di rumah Al Habib Husein bin Abdullah Assegaf. Sudah tradisi para ulama timur tengah tiap bulan muharrom dan syaban mereka selalu keliling dunia ke Negara-negara untuk berkunjung dan ziarah ke para auliya di dunia.

Dalam kunjungannya di rumah Habib Husein Assegaf , Habib Salim memberikan mauidoh hasanah kepada para jaah yang hadir dalam majlis barokah tersebut. Beliau ceramah dengan bahasa arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Al Habib taufik Assegaf.

Dalam ceramahnya, beliau mengucapkan syukur pada Allah atas dikumpulkannya kita di rumah barokah, rumah yang didirikan majlis dirian Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf yang diteruskan oleh Al Habib Husein bin Abdullah Assegaf. Beliau berkata bahwa para keturunan orang sholeh jika mengikuti jejak orang sholeh maka kemuliaan tersebut adalah kemuliaan besar. Ibarat menggali sumur di dekat sumur bagi mereka para keturunan orang-orang sholeh dalam mengikuti jejak salafunassholih menuntut ilmu agama mencari rahmat Allah SWT. Lain dengan orang-orang yang bukan keturunan para salafunassholih, mengikuti jejak salafunassholih tak gampang. Seperti menggali sumur yang jauh dari sumbernya yang sulit untuk mendapatkan air. Tapi lain dengan mereka yang mencintai para salafunassholih, kesulitan tersebut akan hilang dan menjadikan mereka mudah mengikuti jejak salafunassholih sama seperi para ahlul bait keturunan orang-orang sholih. Mencintai Ahlul Bait akan mendapatkan seperti apa yang didapatkan para Ahlul Bait yaitu kemuliaan di sisi Allah dan Rasulullah.

Dalam agama, anak cucu adam dibagi menjadi 3(tiga) yaitu Waladun Sabiq, Waladun Lahiq, dan waladun mahiq. Waladun sabiq ialah orang-orang yang mengungguli orang tua mereka dalam beragama contohnya seperti Al Habib Abullah bin Alwi Al Haddad sohibul Rotib. Waladun Lahiq adalah anak yang mengikuti, meneruskan jejak orang tua mereka dalam beragama. Dalam pepatah arab dikatakan bahwa, “ Orang yang yang beriman dan mengikuti jejak mereka salafunassholih maka akan digabungkan satu kelompok dengan salafunassholih.” Jangan sampai kita menjadi waladun mahiq! Yaitu anak yang keluar dari toriqoh orang tua mereka. Jika itu terjadi maka kerugian yang didapat yaitu terganggu pikirannya, mati dalam usia muda, dan sengsara hidupnya. Naudzubillah min dzalik. Al Habib Salim juga berkata dalam ceramahnya yaitu orang yang keluar dari toriqoh salaf maka akan dibenci oleh mereka para salafunassholih. Zaman sekarang begitu mudahnya orang melakukan maksiat kecuali orang-orang yang dekat pada Allah.

Beliau Al Habib Salim Assatiri juga berpesan kepada para pemuda sekarang. Jadilah pemuda yang mengikuti jejak para salafunassholih yang mencintai salafunassholih dan selalu dekat pada ahlul bait. Allah membanggakan pemuda yang sholih, taat pada Allah, mengikuti jeja Rasulullah dan salafunassholih. Jangan jadi pemuda yang hidup bergelimang maksiat. Hidup di dunia hanya sementara. Jaga diri dari perbuatan maksiat dan bewrkumpulah pada orang-orang sholeh. Hati-hatilah kamu pada orang-orang yang berbeda aliran, toriqoh, kelakuan yang tidak mencerminkan akhlak Rasulullah dan para Salafunassholih karena itu membuat kita rusak dan keluar dari toriqoh para salafunassholih. Dalam penutup ceramah Al Habib Salim Assatiri beliau berdoa mudah-mudahan kita semua menjadi orang-orang yang baik terjaga dari kesesatan.

BANGSA INDONESIA ADALAH BANGSA YANG DICINTAI RASULULLAH SAW.


Tatkala Prof. DR. Al-Muhaddits As-Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki bersama rombongan ulama lainnya pergi berziarah ke Makam Rasulullah Saw., tiba-tiba beliau diberikan kasyaf (tersingkapnya hijab) oleh Allah Swt. dapat jumpa dengan Nabi Saw. Di belakang Nabi Muhammad Saw. sangat banyak orang yang berkerumunan. Ketika ditanya oleh As-Sayyid Muhammad Al-Maliki: “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang itu?”

Rasulullah Saw. pun menjawab: “Mereka adalah ummatku yang sangat aku cintai.”

Dan diantara sekumpulan orang yang banyak itu ada sebagian kelompok yang sangat banyak jumlahnya. Lalu As-Sayyid Muhammad al-Maliki bertanya lagi: “Ya Rasulullah, siapakah mereka yang berkelompok sangat banyak itu?”

Rasulullah Saw. kemudian menjawab: “Mereka adalah Bangsa Indonesia yang sangat banyak mencintaiku dan aku mencintai mereka.”

Akhirnya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki menangis terharu dan terkejut. Lalu beliau keluar dan bertanya kepada jamaah: “Mana orang Indonesia? Aku sangat cinta kepada Indonesia.”

(Dikutip dari ceramah Syaikh KH. Muhyiddin Abdul Qadir al-Manafi).

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدنامُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّدٍ

Wednesday, March 5, 2014

KH.SYAFI’I HADZAMI (SUMUR YANG TAK PERNAH KERING)



KH.SYAFI’I HADZAMI

Muallim Syafi’i panggilan tersebut akrab di telinga murid-murid beliau. Kedalaman ilmu serta ketawadhuan beliau memang pantas rasanya bila KH.Syafi’i Hadzami mendapat julukan Muallim Jakarta, sejak muda beliau gemar sekali menuntut ilmu dan tak pernah merasa puas terhadap ilmu yang beliau miliki, maka tak heran bila beliau menguasai beberapa fan ilmu seperti Ilmu Fiqih, ilmu Falaq, ilmu Hadist , Ilmu Tauhid dan berbagai disiplin ilmu-ilmu lainnya. Salah satu Guru beliau yang sangat beliau Hormati adalah Syech Muhammad Yasin bin Isa Al Fadani seorang Ulama terkemuka dari Mekkah yang bergelar Musnidud Dunya, dan guru- guru beliau lainnya adalahKyai Husain, K.H. Abdul Fattah, Ustaz Sholihin,Habib Ali Bungur, Habib Ali alhabsyi kwitang K.H. Ya’qub Sa`idi, .

Beliau Bernama Muhammad Syafi”i putra Bewati lahir pada tgl 31 jan 1931 ayahnya bernama Muhammad Saleh Raidi, gelar Hadzami diberikan oleh guru-guru dan para Ulama karena kedalaman ilmu yang beliau miliki dalam memahami serta menjelaskan masalah-masalah yang tergolong rumit untuk dipahami dan Muallim Syafi’i dengan mudah menjelaskan masalah-masalah tersebut dengan berbagai sumber referensi yang beliau miliki. Muallim Syafi’i mengajar dibeberapa majlis ta’lim di Jakarta bahkan menurut penuturan murid beliau sebelum meninggalpun Muallim Syafi’i Hadzami masih sempat mengajar di Masjid Ni’matul Ittihad pondok pinang jakarta selatan,Majlis -majlis ta’limnya tak pernah sepi selalu dipadati oleh jamaah yang berasal dari berbagai kawasan Jabotabek bukan hanya dari kalangan umum saja yang mendatangi majlis beliau bahkan Para Ulama serta para Asaatidz turut hadir dalam menimba ilmu dari beliau. Waktu yang begitu berharga tidak beliau sia-siakan untuk hal hal yang tidak berguna, beliau pergunakan seluruh waktunya untuk mengajar dan membimbing umat, dan salah satu bentuk ketawadhuan beliau adalah beliau selalu menganggap guru terhadap para ulama dan para Habaib walaupun kapasitas keilmuan yang beliau miliki melebihi para ulama dimasanya. Beliau tekun selalu membaca dan menelaah kitab-kitab, karya beliau yang termashur adalah Kitab Al Hujjalul Bayyinah , Kitab Sullamul’arsy fi Qiraat Warasy yang berisi tentang Kaedah Bacaan Alquran Imam Warasy,Kitab Taudhihul Adillah , 100 masalah Agama,Risalah sholat tarawih, risalah Qoblyah Jum’at.

Karisma keulamaan yang tampak dalam diri Muallim Syafi’i memancar , beliau bukan saja dikenal di indonesia tapi kedalaman ilmu beliau juga dikenal di luar negri seperti di Mekkah dan Hadromaut Tarim.Beliua juga sering mendapat kunjungan dari beberapa ulama Tarim seperti Alalamah Habib Umar bin Hafidz pengasuh pon-pes Darul Musthofa Tarim Hadromaut.

Ba’da mengajar di Masjid Ni’matul Ittihad tepatnya tanggal 07 may 2006 beliau merasakan nyeri di dada dan sesak napasnya, hingga akhirnya Muallim Syafi’i dilarikan kerumah sakit RSPP pertamina namun ditengah perjalanan Alloh SWT memanggilnya untuk kembali menghadapnya, retak agama….rengat agama…dengan meninggalnya orang alim….linangan air mata mengalir dari murid-murid serta orang-orang yang mencintai beliau ,ribuan orang berdatangan kerumah beliau untuk mensholati bahkan menurut penuturan murid beliau yang mensholati jenazah Muallim Syafi’i tak putus-putus dari pagi hingga malam hari.

AL HABIB SALIM BIN JINDAN DAN PATUNG BUNDA MARIA YANG BERADA DI PEKARANGAN RUMAHNYA.



Suatu ketika Habib Salim bin Jindan membawa Patung Bunda Maria dan diletakkan di pekarangan rumahnya, Hal tersebut terasa aneh bagi sebagaian masyarakat maupun para ulama waktu itu, Bahkan pernah juga salah seorang ulama mendatangi rumah Habib Salim Jindan untuk menanyakan kenapa Patung Bunda Maria diletakakan di Pekarangan Rumahnya dan merasa bahwa Habib Salim telah murtad , namun dengan ketenangan Habib Salim menyuruh Ulama yang marah tersebut untuk mengaji dan mempedalam ilmu agama baru nanti datang lagi kembali. Dengan Rasa penasaran dan keheranan pergilah sang ulama tersebut dari Rumah Habib Salim Jindan.

Belakangan Diketahui Bahwa Habib Salim Jindan memang sengaja menaruh patung Bunda Maria di pekarangan rumahnya agar dapat terlihat oleh orang-orang Nasrani yang pulang dari Gereja yang kebetulan berseberangan dengan Rumah Habib salim Jindan, Patung itu akan tetap disitu agar mereka sadar bahwa apa yang mereka sembah selama ini hanyalah sebuah patung yang tidak bisa berbuat banyak, Patung itu tidak bisa membela dan menyelamatkan dirinya bagaimana mungkin bisa membela dan menyelamatkan umat Nasrani.Patung itu kepanasan, kehujanan tanpa bisa berbuat apa-apa kalau tidak dipindahkan oleh pemiliknya. Ini berarti bunda maria yang selama ini mereka sembah hanya sebatas benda mati.


Dan ternyata banyak dari mereka orang Nasrani yang sering melintas didepan Rumah Habib Salim Jindan sadar bahwa mereka selama ini hanya menyembah patung yang tidak bisa berbuat banyak yang akhirnya mereka memeluk Agama Islam.

Inilah adalah salah satu Metode Dakwah yang dilakukan Habib Salim Jindan yang menurut sebagain orang tidak Lazim. Namun ketokohan dan keilmuan yang dalam tentang Agama Alloh membuat sebagian ulama dan masyarakat dapat memahami hal tersebut. Bahkan Pernah suatu ketika seorang pendeta mendatangi Habib Salim Jindan untuk melakukan dialog. ” Habib saya mau tanya yang lebih mulia itu orang yang masih hidup atau orang yang sudah mati”?? Tanya Pendeta kepada habib Salim . “Semua orang akan menjawab Bahwa orang yang masih hidup itu lebih mulia dari pada orang yang sudah mati, sebab orang yang sudah mati sudah menjadi bangkai ” Jawab Habib Salim Zindan. Lalu dengan pertanyaan menggurui Pendeta itu membalasnya ” Kalau begitu Nabi Isya Yesus kristus lebih mulia dari pada Nabi Muhammad , karena Muhammad nabi anda telah meninggal, sedangkan Nabi Isya Menurut keyakinan Anda Masih hidup hingga sekarang”!!!! , Habib Jindan tak mau kalah dengan Tutur bahasa yang sangat diplomatishabib Salim menjawab”" Kalau begitu ibu saya lebih mulia dibandingkan dengan Bunda Maryam, sebab Bunda Maryam sudah meninggal sedangkan ibu saya masih hidup dan sekarang sedang memasak di dapur”" Mendengar jawab enteng dari Habib Salim Jindan , sang pendeta pun diam seribu bahasa lalu pergi.
Nama lengkap beliau Habib salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdulloh bin Umar bin Abdulloh bin Zindan lahir di Surabaya pada hari jumat tgl 07 september 1906, Sejak kecil Habib Salim Zindan mendapat pendidikan agama dari Ayahnya yang juga memang seorang Ulama Habib Ahmad Zindan, kecerdasan dan bakat yang dimilki Habib Salim Zindan sehingga dalam usia yang relatif muda mampu memnguasai beberapa fan ilmu. Tak cukup itu saja Habib Salim zindan melakukan pengembaraan keberbagai Ulama-ulama terkemuka untuk menimba ilmu seperti Habib Abdul Qodir bilfaqih ( pendiri pon-pes Darul Hadist Al Faqihiyyah Malang), Habib Abdulloh bin Musin ( Empang bogor), Habib Muhammad Muhdor(bondowoso), Habib Abu bakar Assegaf (gresik) , Kh Muhammad Kholil ( madura) dan masih banyak lagi Para Ulama dan Habaib yang beliau kunjungi untuk menuntut ilmu dan Mengambil keberkahan dari beliau.

Maka tak heran di Usia 19 tahun habib Salim Jindan telah menguasai berbagai ilmu agama terutama Ilmu Hadist maka beliau mendapat predikat sebagai Muhaddist dan Musnid , sejak itu pula beliau memulai Dakwahnya keberbagai daerah. Mengajak umat untuk istiqomah dalam menjalankan Perintah Alloh dan menjauhkan larangan Alloh. Disamping itu pula habib Salim selalu mengajak bangsa Indonesia umat islam khususnya untuk bangkit menentang segala bentuk Impreliasme baik penjahan Belanda maupun Jepang. Ceramah Beliau mampu mengobarkan semangat membara untuk melawan penjajahan, maka tak heran Pihak penjajah dibuat kalang kabut oleh aksi-aksi pejuang yang begitu semangat siap untuk mati dalam melawan pihak penjajah. Habib Salim sempat di tangkap Jepang dan di jebloskan ke penjara .

Sekitar tahun 1940 Habib Salim Hijarh ke jakarta dan bersama sama para ulama dan Habaib gencar melakukan dakwah islam , diantaranya adalh Habib Ali alatas Bungur dan Habib Ali Al habsyi Kwitang. Trio Habib betawi tersebut sangat dihormati baik oleh masyarakat maupun oleh para ulama kerena ketinggian ilmu yang dimiliki oleh ketiga Habib tersebut, bahkan banyak para Ulama dan Habaib yang berguru kepadanya.salah satunya Adalah almarhum Muallim KH Syafi’i Hadzami .

Habib Salim Jindan Wafat di jakarta 01 juni 1969 dan dimaqomkan di Komplek pemakaman Al hawi Condet Jakarta, beliau meninggalkan anak dan cucunya yang mampu meneruskan perjuangannya dalam mensyiarkan Agama Alloh dengan istiqomah.

TEKS QASIDAH SALAMMUALAIKA YA NABI (MAJELIS nURUL MUSTHOFA)