Thursday, November 28, 2013

MP3 TAUSIYAH AL HABIB UMAR BIN HAFIDH BSA




Haul Syaikh Abu Bakar Bin Salim Cidodol 2013: Klik Disini
Haul Syaikh Abu Bakar Bin Salim Cidodol 2009 klik Disini
Haul Syaikh Abu Bakar Bin Salim Cidodol 2010 Klik Disini

Monday, November 4, 2013

TEKS QASIDAH YARTAH QALBY

يرتاح قلبي إذا حد قد ذکر فاطمه

yartâh qolbî idzâ had qod dzakar Fâthimah 


بنت النبي المصطفی أنوارنا الدائمه
Bintun-nabiyyil Mushthofâ anwârunâd-dâ-imah


أمست بأبحر معارف ربها عالمه
Amsat bi abhur ma’ârif robbihâ ‘âlimah


هي ذخرنا هي جلا للسحب القاتمه
Hiy dzukhrunâ hiy jalâ lissuhbil qôtimah


بحورها فی المعالي دوب متلاطمه
Buhûruhâ fîl ma’âlî dûb mutalâthimah


أيا مها والليالي صائمه قائمه
Ayyâmahâ wallayâlî shô-imah qô-imah


بحق تنزيل مولانا العلي قائمه
Bihaqqi tanzîli maulânâl ‘aliyy qô-imah


تحت الرعايات من طه نشت حازمه
Tahtar-ri’âyâti min Thôha nasyat hâzimah


لها التبتل إلی المولی غدت هائمه
Lahât-tabattul ilâl maulâ ghodat hâ-imah


لله بالله يالك عارفه عالمه
Lillâhi billâhi yâlak ‘ârifah ‘âlimah


هي نور قلبي وهي ذخري لنا راحمه
Hiy nûru qolbî wa hiy dzukhrî lanâ rôhimah


نعم الشفيقه ولا هي عننا نائمه 
Ni’masy-syafîqoh walâ hiy ‘annanâ nâ-imah


لها سيوف بواتر قاطعة صارمه
Lahâ suyûfun bawâtir qôthi’ah shôrimah


بها احتمينا وننذر أنفسا حائمه
Bihâ-htamainâ wa nandzir anfusân hâ-imah


حول الحمی إن غارت القوي قادمة
Haulal himâ inna ghôrotil qowiyyi qôdimah


فی صفنا فاطمة معنا أبو فاطمة
Fî shoffanâ Fâthimah ma’nâ Abû Fâthimah


سيوفهم للمعادی قد غدت هادمة
Suyûfuhum lil mu’âdî qod ghodat hâdimah


يا ويل اهل الهيل والأنفس الظالمة
Yâ waila ahlil hiyal wal anfusidh-dhôlimah


يا رب فرج علينا واکفنا الغاشمة
Yâ robbi farrij ‘alainâ wakfinâl ghôsyimah


هينا عوافي گوامل تامه دائمة
Hainâ ‘awâfî kawâmil tâmmah dâ-imah


و عند رشح الجبين أحسن لنا الخاتمه
Wa ‘inda rosyhil jabîni ahsan lanâl khôtimah


بجاه خير الوری ذی الهمة العازمة

Bijâhi khoiril warô dzîl himmatil ‘âzimah


واهل الکساء مع ذراري أمنا فاطمة
Wa ahlil kisâ’ ma’a dzarôrî ummanâ Fâthimah


عليهم ربنا صلاتك الدائمة
‘Alaihimu robbanâ sholâtukad-dâ-imah


وآله وصحبه أهيل النية الجازمه
Wa ãlih wa shohbihi uhailan-niyyatil jâzimah


ومن تبعهم دخل فی الفرقة الغانمة
Wa man tabi’hum dakhol fîl firqotil ghônimah


TEKS QASIDAH YA HABIBANA NABI

ياحبيبناالنبي شيئ الله شيئ الله شيئ الله
ياإمام الأنبيآء شيئ الله شيئ الله شيئ الله

أشرق البدر علينا
Asyroqol badru ‘alainaa
واختف بدر التمام
wakhtafa badruttamaami
Telah terbit bulan purnama pada kami, dan tertutuplah cahaya bulan
مثل حسنه مارأينا
mitsla husnihi maa ro-ainaa
فی العراقين وشام
Fil’irooqoini wa syaami
Keindahan yang dimilikinya tak pernah kami lihat diseluruh pelosok bumi,
رب فاجعل مجتمعنا
Robbi faj’al mujtama’naa
غايته حسن الختام
Ghooyatuhu husnul khitaami
Wahai Tuhan, jadikanlah dari berkumpulnya kami, husnul khotimah kelak,
واعتناماقد سئلنا
wa’thinaa maa qod sa-alnaa
من عطاياك الجسام
min ‘athooyaakal jisaami
Dan berilah yang kami mohon dari limpahan pemberianmu yang terwujud,
واکرم الأرواح منا
wakrimil arwaaha minnaa
بلقا خيرالأنام
biliqoo khoiril anaami
Dan muliakanlah ruh-ruh kami dengan bertemu Nabi, manusia yang paling mulia,
وابلغ المختار عنا
wablighil mukhtaaro ‘annaa
من صلآة وسلآم
min sholaatin wa salaamin
Dan sampaikanlah pada Nabi (saw) dari kami limpahan salam dan sholawat

KALAM HABIB HASAN BIN SHOLEH AL BAHAR

seorang wali yang ilmunya ibarat lautan tak bertepi berikut ini. Beliau adalah Habib Hasan bin Sholeh al-Bahar, seorang yang berada di puncak kemakrifatan di masanya, sekitar seratus lima puluh tahun silam.

Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah menjadikanku dan kamu semua sebagai insan yang asyik mendengar ucapan-ucapan dan sanggup menjelmakan isi ucapan itu dalam laku. Sesungguhnya majelis kheir adalah bursa pahala, bahkan ia adalah ladang surga, seperti pernah diterangkan dalam sebuah sabda Rasul. Karena itu, cermati diri tatkala memasuki bursa itu, jangan sampai keluar dalam keadaan merugi, tak membawa apa-apa.

Buah dari majelis kheir adalah ilmu, dan kenikmatannya akan kita rasakan tatkala kita mengamalkan dan membagikannya kepada mereka yang belum mengerti. Adapun puncak dari segala fadhilah majelis itu adalah derajat tinggi di alam yang tiada akhir kelak.

Pungutlah ilmu dan hikmah dengan mencurahkan segenap indra dengar dan hati. Galilah hikmah lebih jauh dengan perenungan yang lurus dan mendalam. Ambillah hikmah itu, baik dari mereka yang telah mencapai kearifan maupun mereka yang masih awam. Hikmah adalah sesuatu yang paling didamba seorang mukmin.

Betapa tidak? Manusia beriman niscaya selalu mengharapkan dirinya beroleh keselamatan di alam keabadian, sementara keselamatan itu terpendam di antara hikmah-hikmah. Karenanya, mukmin bijak akan senantiasa mencari hikmah itu, di mana saja, dari siapa saja. Apakah itu datangnya dari anak-anak atau orang tua, dari seorang pembesar atau seorang yang hina, dari seorang yang taat atau durhaka.

Inilah model mukmin sejati. Ia tak pernah jenuh menasehati diri, selalu introspeksi pada perilakunya, dan selalu gigih menyelamatkan agamanya.

Salinglah menasehati wahai semua saudaraku, dan bahu-membahulah dalam menyongsong ridha Tuhanmu. Nasehat adalah bagian dari agama. Saling wasiat dalam perbuatan elok adalah ciri orang-orang yang beroleh kemujuran dari-Nya. Baginda Nabi SAW bersabda, “Makhluk, semuanya adalah keluarga Allah. Yang paling dicinta oleh-Nya di antara mereka adalah siapa yang paling banyak memberikan manfaat kepada keluarga.” Namun hendaknya diketahui, manfaat terbesar ialah manfaat yang menjamin kebahagiaan yang kekal, yang mengundang ridha Sang Kuasa di dalam surga-Nya yang penuh kenikmatan. Inilah manfaat yang menjadi puncak dari segala fadhilah dan kesempurnaan. Inilah maqam para nabi dan pewaris mereka.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Yazid bin ar-Raqqasyi, Baginda Rasul SAW bersabda, “Mari, kukabarkan kepada kalian tentang suatu kaum. Mereka bukan nabi bukan pula syuhada. Akan tetapi, para nabi dan syuhada seolah ingin seperti mereka karena begitu istimewanya tempat mereka di sisi Allah SWT. Ya, mereka berada di atas mimbar yang terangkai dari cahaya yang menjadi perlambang mereka.”

“Siapa gerangan mereka wahai Rasulullah?” tanya sahabat. “Mereka adalah orang yang gemar membuat Allah SWT cinta kepada hambaNya dan menyeru hamba untuk mencintai Allah SWT. Mereka berjalan di muka bumi dengan nasehat-nasehat.” Kami (para sahabat) bertanya lagi, “Kalau menyeru hamba agar mencintai Allah kami mafhum. Bagaimana membuat Allah cinta kepada hamba-Nya?” Rasul menjawab, “mereka mengajak para hamba melaksanakan segala hal yang dicintai Allah, dan mencegah mereka dari segala yang dibenci Allah. Jika mereka patuh, niscaya Allah mencintai mereka.”

Allah SWT mencipta ketaatan sebagai instrumen yang menggiring manusia menuju lebih dekat kepadaNya. Barangsiapa ditakdirkan untuk berada di dekat-Nya, berarti ia beroleh kemuliaan dan rahmat. Orang serupa ini kelak dilanggengkan di dalam surga bersama para hamba pilihan-Nya. Sebaliknya, Allah mencipta maksiat sebagai instrumen yang merenggangkan manusia dari-Nya. Barangsiapa ditakdirkan berjauhan dari-Nya, ia akan beroleh penyesalan tak berakhir. Kelak ia akan dijebloskan ke dalam siksaan yang pedih tiada tara. Semoga Allah menghindarkan kita dari azab-azab-Nya dan menuntun kita menuju jalan yang pernah dijejaki para kekasih-Nya.

FATAMORGANA

Renungkanlah wahai saudaraku, jalan mana yang hendak kau tempuh? Tempat mana yang lebih kau minati? Di sisi Sang Malik yang Maha Agung, di dalam surga-Nya yang baka dan penuh kenikmatan, serta kerajaan-Nya yang tak terhingga, ataukah di dalam kubang siksaan yang pedih bersama iblis yang terlaknat?

Demi Allah, sungguh celaka mereka yang berjalan dalam barisan iblis. Mereka bakal merasakan penyesalan yang berkepanjangan. Allah SWT berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

Benar, setan menebar tipu dayanya kepada manusia dengan pengharapan agar mereka kelak menjadi karibnya di neraka. Ia membisiki manusia agar berbuat maksiat dan bergabung dengan mereka. Orang-orang yang mengikuti bisikan ini akan menanggung segala penyesalan dan kesusahan yang tiada berkesudahan.

Setan adalah musuh yang nyata. Tekad setan adalah menjerumuskan manusia ke dalam dosa. Akan tetapi sayangnya, kebanyakan manusia tiada sadar akan hal ini. Hati mereka telah buta. Mereka tak menyadari siasat busuk itu. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam jaring setan. Lalu sang laknat itu menyandera mereka dengan godaan-godaan yang melalaikan, menceburkan mereka ke dalam lembah kegelapan, dan akhirnya menenggelamkan mereka dalam berbagai gelombang dosa.

Telinga mereka akhirnya tuli dari kebenaran. Mata mereka buta oleh kebodohan. Lisan mereka bisu dari ayat-ayat Allah SWT. Mereka mencari apa yang tak bakal mereka raih. Mereka merasa nyaman dengan segala fasilitas duniawi. Mereka berlomba membinasakan diri sendiri, membangun rumah yang tak bakal mereka tinggali, mencintai semua yang akan mereka tinggalkan. Mereka juga membanggakan perbuatan cela, saling dengki atas hal-hal tak berharga, dan bergumul dalam lumuran dosa.

Kiranya, sungguh tepat bidikan panah yang dilepaskan setan. Air mata pun kini telah mengering. Apa sih yang manusia cari dari dunia yang fana ini? Sungguh, segala materi yang mereka kumpulkan itu tak menjamin keselamatan. Apa yang mereka cita-citakan itu tak membawa kesejahteraan abadi. Semua itu hanyalah fatamorgana yang dirancang sedemikian rupa oleh iblis. Memang lihai sekali ia mengemas kehinaan dengan hal-hal yang serba indah. Tampaknya, Ia begitu piawai memoles barang tak berarti menjadi sesuatu yang tampak begitu berharga dan mempesona….! Semoga kita tidak terperdaya oleh semua itu

Monday, October 28, 2013

TEKS QASIDAH YA LAQOLBIN - حبيب على بن محمد بن حسين بن الحبشى


يَا لَقَلبٍ سُرُو رُهُ قَد تَوَا لى بِحَبِيبٍ عَمَّ الاَنَا مَ نَوَالاَ 
ya laqolbin suruuruhu qod tawala bihabibin ‘ammal anaa ma nawaala

جَلَّ مَن شَرَّفَ الوُجُودَ بِنورِ غَمَرَ الكَونَ بَهجَةً وَجَمَالاَ
 jalla man syarrofal wujuuda binuri ghomarol kauna bahjatawwa jamaala

قَد تَرَقَّ فِى الحُسنِ اَعلى مَقَامِ وَتَنَا هى فِى مَجدِهِ وَتَعَالى
 qod taroqqo fil husni a’ala maqoomi wa tana ha fi majdihi wa ta’aala

لاَحَظَتهُ العيُونُ فِيمَا اجتَلَتهُ بَشَرًا كاَ مِلاً يُزِيحُ الضَّلاَلاَ
 la hadzothul ‘uyunu fimajtalathu ba syaron kamilayyuzi hudhdholala

وَهوَ مِن فَوقِ عِلمِ مَا قَد رَاَتهُ رِفعَةً فِى شُؤُو نِهِ وَكَمَالاَ
 wahwa min fauqi ‘ilmi ma qod roathu rif’atan fi syu’uunihi wa kamala


“bahagia dan sukaria berdatangan merasuki kalbu

menyambut datangnya kekasih Allah pembawa anugerah bagi seluruh manusia

Maha Agung Dia yang telah memuliakan wujud ini dengan nur berkilauan

meliputi semuanya dengan kerianan dan kecantikan

mencapai tingkat keindahan tertinggi

menjulang mengangkasa dengan kemuliaanya

mata memandang penuh damba

bentuk insan sempurna pengikis segala yang sesat

meskisesungguhnya keluhurandan kesempurnaannya

melampaui segala yang bisa dicapai pengetahuan yang manapun jua”

TEKS QASIDAH YAA RASULULLAH SALAMUN ALAIK



يارسول الله سلام عليك
يارفيع الشان والدرج

Ya Rosulallah salaamun ‘alaik..
Ya rofii’assyaani waddaroji
Wahai rosulullah salam sejahtera, wahai yang sangat tinggi martabat dan derajatnya

کل بيت أنت ساکنه
ليس مختجا إلی السرج

Kullu baitin anta saakinuhu
Laisa muhtaajan ilassuruji
Semua rumah yang engkau duduki tak lagi membutuhkan pelita penerang

ومريض أنت عائده
قد أتی ه الله بالفرج

Wa mariidlin anta ‘aa-iduhu
Qod ataahullohu bil faroji
Semua orang sakit yang kau jenguk, segera diberi Allah kesembuhan

وجهك الميمون حجتنا
يوم تأتي الناس بالحجج

Wajhukal maymuuni hujjatunaa
Yauma ta,tinnaasu bilhujaji
Wajahmu yang indah adalah harapan kami dihari manusia dihujani pertanyaan

فجزاك الله خيرالجزآء
يامنيرالكون بالبلج

Fa jazaakaulloohu khoerol jazaa
Ya muniirol kauni bil balaji
Maka semoga Alloh membalas jasamu dgn semulia mulia balas jasa, wahai penerang alam dgn cahaya dan ketenangan

أهل بيت المصطفی الطهر
هم أمان الارض فالذكر

Ahlu baitil Mushthofaa tthuhuri
Hum amaanul ardli faddzakiri
Ahlul bait Mushthofa yang suci, merekalah pengaman bumi maka fahamilah..

شبهوا بالأنجم الزهر
مثلما قدجاء فی السنن

Syubbihuu bil anjumizzuhuri
Mitslamaa qod jaa-a fissunani
Bagaikan bintang bintang gemerlap yg harum sebagaimana yg telah dikabarkan..

رب فانفعنا ببرگتهم
واهدناالحسنی بحرمتهم

Robby fanfa’naa bibarkatihim
Wahdinaal husnaa bihurmatihim
Wahai robbi maka berilah manfaat dgn keberkahan mereka, dan tunjukilah kami kepada kemuliaan demi kehormatan mereka

وأمتنا فی طريقتهم
ومعافة من الفتن

Wa amitnaa fiy thoriiqotihim
Wa mu’aafatin minal fitani
Dan wafatkanlah kami dalam Thoriqat mereka dan terlindungi dari fitnah keduniawian

Wednesday, October 23, 2013

Karomah dan Kekeramatan Habib Abdullah Bin Mukhsin Alattas ra ( Kramat empang Bogor)






Selama di penjara ke keramatan Habib Abdullah Bin Mukhsin semakin tampak sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung kerpenjaraan tersebut. Tentu saja hal itu mengherankan para pembesar penjara dan penjaganya. Sampai mereka pun ikut mendapatkan berkah dan manfaat dari kebesaran Habib Abdullah dipenjara, Setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin selalu dikabulkan Allah SWT, para penjaga merasa kewalahan menghadapi para pengunjung yang mendatangi beliau Mereka lalu mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan beliau. Namun, ketika usulan dirawarkan kepada Habib Abdullah beliau menolak dan lebih suka menungu sampai selesainya masa hukuman.

Pada suatu malam pintu penjara tiba–tiba terbuka dan datanglah kepada beliau kakek beliau Al Habib Umar Bin Abdurrohman Al Athas seraya berkata, Jika kau ingin keluar dari penjara keluarlah sekarang, tetapi jika engkau mau bersabar maka bersabarlah.
Beliau ternyata memilih untuk bersabar dalam penjara, pada malam itu juga Sayyidina Al Faqih Al Muqodam dan Syeh Abdul Qodir Zaelani serta beberapa tokoh wali mendatangi beliau. Pada kesempatan itu Sayyidina Al Faqih Al Muqodam memberikan sebuah kopiah. Ternyata dipagi harinya Kopiah tersebut masih tetap berada di kepala Al Habib Abdullah Padahal, beliau bertemu dengan Al Faqih Al Muqodam didalam impian.

Para pengujung terus berdatangan kepenjara sehingga berubahlah penjaraan itu menjadi rumah yang selalu dituju, Beliau pun mendapatkan berbagai kekeratan yang luar biasa mengingatkan kembali hal yang dimiliki para salaf yang besar seperti Assukran dan syeh Umar Muhdor
Diantara Karomah yang beliau peroleh adalah sebagaimana yang disebutkan Al Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi bahwa Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas ketika mendapatkan anugrah dari Allah SWT, beliau tenggelam penuh dengan kebesaran Allah, hilang dengan segala hubungan alam dunia dan sergala isinya. Al Habib Muhammad Idrus Al Habsyi juga menuturkan, ketika aku mengujunginya Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athos dalam penjara aku lihat penampilannya amat berwibawa dan beliau terlihat dilapisi oleh pancaran Illahi. Sewaktu beliau melihat aku beliau mengucapkan bait –bait syair Habib Abdullah Al Hadad yang awal baitnya adalah sbb “ Wahaii yang mengunjungi Aku di malam yang dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitrah, Selanjutnya, kata Habib Muhammad Idrus, kami selagi berpelukan dan menangis, “
Karomah lainnya setiap kali beliau memandang borgol yang membelegu kakinya, maka terlepaslah borgol itu.
Disebutkan juga bahwa ketika pimpinan penjara menyuruh bawahannya untuk mengikat keher Habib Abdullah Bin Mukhsin maka dengan rante besi maka atas izin Allah rantai itu terlepas, dan pemimpin penjara beserta keluarga dan kerabatnya mendapat sakit panas, dokter tak mampu mengobati penyakit pemimpin penjara dan keluarganya itu, barulah kemudian pemimpin penjara sadar bahwa ;penyakitnya dan penyakit keluarganya itu diakibatkan Karena dia telah menyakiti Al Habib yang sedang dipenjara.

Kemudian, kepala penjara pengutus bawahannya untuk mendo’akan, penyakit yang di derita oleh kepala penjara dan keluarganya itu agar sembuh Maka, berkatalah Habib Abdullah kepada utusan itu Ambillah borgol dan rante ini ikatkan di kaki dan leher pemimpin penjara itu, maka akan sembuhlah dia.

Kemudian dikerjakanlah apa yang dikatakan oleh Habib Abdullah, maka dengan izin Allah SWT penyakit pimpinan penjara dan keluarganya seketika sembuh. Kejadian ini penyebabkan pimpinan penjara makin yakin akan kekeramatan Habib Abdullah Mukhsin Al Athas. Sekeluarnya dari penjara beliau tinggal di Jakarta selama beberapa tahun.

Perjalanan ke Empang
Dari sumber lain disebutkan, bahwa awal mula kedatangan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas ke Indonesia, pada tahun 1800 Masehi, waktu itu beliau diperintahkan oleh Al Habibul Imam Abdullah bin Abu Bakar Alayidrus, untuk menuju Kota Mekah. Dan sesampainya di Kota Mekah, beliau melaksanakan sholat dan pada malam harinya beliau mimpi bertemu dengan Rasullah SAW, entah apa yang dimimpikannya, yang jelas ke esok harinya beliau berangkat menuju Negeri Indonesia.

Sesampainya di Indonesia, beliau dipertemukan dengan Al Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas yang da dipakojan Jakarta dan beliau belajar ilmu agama darinya, lalu Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas memerintahkan agar beliau datang berziarah ke Habib Husen di luar Batang, dari sana sampailah perjalanan beliau ke Bogor Beliau datang ke Empang dengan tidak membawa apa-apa, 
Pada saat belau datang ke Empang Bogor, disana disebutkan bahwa Empang yang pada saat itu belum ada penghuninya, namun dengan Ilmu beliau bisa menyala dan menjadi terang benderang Diceritakan, ada kekeramatan yang lain terjadi pula ketika beliau tengah makan dipinggiran empang, kebetulan pada saat itu datang kepada beliau seorang penduduk Bogor dan berkata “ Habib, kalau anda benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukanlah kepada saya akan kekeramatannya..

Pada saat itu kebetulan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas tengah makan dengan seekor ikan dan ikan itu tinggall separuh lagi. Maka Habib Abdukkah berkata” Yaa sama Anjul ilaman Tabis,” ( wahai ikan kalau benar-benar cinta kepadaku tunjukanlah) maka atas izin Allah SWT, seketika itu juga ikan yang tinggal sebelah lagi  meloncat ke empang. Konon ikan sebelah tersebut sampai sekarang masih hidup dilaut.

Masjid Keramat Empang didirikan sekitar tahun 1828 M. pendirian Masjid ini dilakukan bersama para Habaib dan ulama-ulama besar di Indonesia. Di Sekitar Areal Masjid Keramat terdapat peninggalan rumah kediaman Habib Abdullah, yang kini rumah itu ditempati oleh Khalifah Masjid, Habib Abdullah Bin Zen Al Athas. Didalam rumah tersebut terdapat kamar khusus yang tidak bisa sembarang orang memasukinya, karena kamar itu merupakan tempat khalwat dan zikir beliau. Bahkan disana terdapat peninggalan beliau seperti tempat tidur, tongkat , gamis dan sorbannya yang sampai sekarang masih disimpan utuh.

Kitab-kitab beliau kurang lebih ada 850 kitab, namun yang ada sekarang tinggal 100 kitab, sisanya disimpan di “Jamaturkhair atau di Rabitoh”. Tanah Abang Jakarta. Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal adalah “Faturrabaniah” konon kitab itu hanya beredar dikalangan para ulama besar, Adapun karangannya yang lain adalah kitab “Ratibul Ahtas dan Ratibul Hadad.” Kedua kitab itu merupakan pelajaran rutin yang diajarkan setiap magrib oleh beliau kepada murid-muridnya dimasa beliau masih hidup, bahkan kepada anak dan cucunya, Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas menganjurkan supaya tetap dibacanya.

Habib Abdullah Bin Al Athas, adalah seorang Waliyullah dengan kiprahnya menyebarkan Agama Islam dari satu negeri kenegeri lain. Di Kampung Empang beliau menikahi seorang wanita keturanan dalem Sholawat. Dari sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85 bangunan yang terdapat di kampung Empang didalam sertifikatnya atas nama Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas.

Semasa hidupnya sampai menjelang akhir hayatnya beliau selalu membaca Sholawat Nabi yang setiap harinya dilakukan secara dawam di baca sebanyak seribu kali, dengan kitab Sholawat yang dikenal yaitu “ Dala’l Khoirot” artinya kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Menurut Manakib, beliau dipanggil Allah SWT pada hari Selasa, 29 Zulhijjah 1351 Hijriah diawal waktu zuhur Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya hari Rabu setelah Sholat zuhur. Tak terhitung jumlah orang yang ikut mesholatkan jenazah. Beliau dimakamkan di bagian Barat Masjid An nur Empang,sebelum wafat beliau terserang sakit flu ringan.

Keindahan Senda Gurau Rasulullah s.a.w.







Assalamualaikum wr wb
Coba anda perhatikan bagaimana indahnya senda gurauan Rasulullah s.a.w. yaitu seperti diriwayatkan bahwa seorang tua perempuan telah mendatangi Rasulullah s.a.w. Maka baginda telah bergurau dengannya dengan berkata: Orang tua tidak boleh masuk syurga. Lalu menangislah si perempuan tua itu, tetapi segera pula Rasulullah s.a.w. berkata lagi: Anda tidak lagi menjadi tua bangka pada ketika itu! Lalu dibacakan kepadanya firman Allah Ta’ala.

“Kami (Allah) pertumbuhkan mereka itu (kaum wanita) suatu tumbuhan. Maka Kami tukarkan mereka itu menjadi dara-dara.” (al-Waqi’ah: 35-36)

Dalam sesuatu peristiwa yang lain, diceritakan bahawa ada seorang perempuan datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: Suamiku menjemputmu ke rumah! Baginda lalu berkata: Siapa dia suamimu itu? Apakah ia yang matanya ada putih-putih itu? Perempuan itu menjawab: Demi Allah, mata suami saya tidak ada putih-putih. Kemudian baginda berkata lagi: Bahkan di matanya ada putih-putih. Perempuan itu tetap menolak dengan berkata: Demi Allah, tidak. Maka barulah Rasulullah s.a.w. menerangkan lagi: Malah setiap orang memang ada pada matanya putih-putih. Maksud baginda ialah putih yang mengelilingi mata yang hitam itu.

Ada seorang perempuan lain yang datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: Wahai Rasulullah! Berikanlah saya seekor unta yang saya boleh mengenderainya. Baginda berkata: saya akan berikan engkau seekor anak onta untuk kau naiki. Kata perempuan itu pula: apa yang akan saya lakukan jika anak onta tersebut tidak kuat membawa saya? Jawab Rasulullah s.a.w. Tiada ada seekor unta, melainkan ia dulunya anak unta.

Berkata Anas: Abu Talhah mempunyai seorang putra yang dipanggil dengan nama Abu Umair. Rasulullah s.a.w sering datang kepada mereka dengan berkata: Wahai Abu Umair! Apa khabar anak burung engkau? Kerana Abu Umair memang suka sangat bermain-main dengan anak burung tersebut.

Berkata Siti Aisyah radhiallahu-anha: Saya ikut bersama-sama Rasulullah s.a.w. dalam ghazwah (peperangan) Badar, lalu baginda berkata kepada saya: Mari kita berlomba lari! Maka saya pun menyingsing lengan dan menggariskan satu garisan tanda di tanah, dan dari situ kami pun berlomba lari, tetapi dia (baginda) telah mendahului saya. Kemudian baginda berkata : Ini ganti yang dulu di Dzul-Majaz. Dia mengingatkan saya suatu hari dulu, bila kami sedang berada di Dzul-Majz dan pada ketika itu saya masih kecil lagi. Bapa saya telah memberi saya suatu barang, lalu baginda berkata kepada saya: Berikanlah saya barang itu. Saya enggan memberikan kepadanya, dan saya pun lari. Tiba-tiba baginda berlari di belakang saya, tetapi ia tidak dapat mengejar saya.
Dari Abu Salamah pula: Rasulullah s.a.w. sering memanjakan cucuandanya al-Hasan bin Ali r.a dengan menjelirkan lidah kepadanya. Apabila al-Hasan melihat keadaan itu ia ketawa gembira.
Berkata Uyainah al-Fizari: Demi Allah, saya mempunyai seorang anak saja, sekarang ia telah berkahwin dan telah tumbuh rambut mukanya, tetapi saya tak pernah menciumnya sama sekali. Maka baginda pun bersabda:
“Siapa yang tak mempunyai belas kasihan, tak akan dibelas kasihani.”

Semua sifat-sifat kelemah-lembutan ini berlaku pada golongan kaum wanita dan kanak-kanak kecil. Rasulullah s.a.w telah memperlakukan yang demikian kepada mereka karena memandang lemahnya hati mereka, bukan kerana kecenderungannya kepada senda gurau semata-mata.

Pernah sekali Rasulullah s.a.w. berkata kepada Suhaib yang sedang makan korma, padahal ia terkena sakit mata. Kata baginda: Boleh makan korma juga? Bukankah matamu sakit? Jawab Suhaib: Saya makan dengan sebelah mata saja, wahai Rasulullah! Mendengar jawapannya Rasulullah s.a.w. tersenyum saja. Dalam setengah riwayat pula sehingga kelihatan gigi serinya.

Nu’aiman al-Ansari adalah seorang yang suka bergurau. Tiap-tiap kali ia datang ke Madinah ia membeli sesuatu barang di pasarnya, lalu membawanya sebagai hadiah kepada Rasulullah s.a.w. dengan berkata: Wahai Rasulullah! Saya telah membeli ini dan saya hadiahkan untukmu. Sekejap lagi datanglah tuan puya barang itu menuntut harga barang yang dibelinya tadi, maka ia membawa orang itu menghadap Rasulullah s.a.w. dengan berkata pula kepada baginda: Wahai Rasulullah, bayarkanlah harga barang tadi. Baginda pun bertanya kepada Nu’aiman: Bukankah barang itu engkau berikan kepada aku sebagai hadiah? Nu’aiman menjawab: Benar, wahai Rasulullah! Tetapi saya tak punya harganya dan saya suka tuan hamba memakannya. Mendengar yang demikian Rasulullah s.a.w. hanya ketawa, dan segeralah Baginda membayar harganya.

Shalawat & salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Sayiddina Muhammad saw beserta keluarga & para sahabatnya yang mulia.

Tuesday, October 22, 2013

Imam Muhammad Shohib Mirbath RA







Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath – Ali Khali’ Qasam – Alwi – Muhammad – Alwi – Ubaidillah – Ahmad Al-Muhajir – Isa Ar-Rumi – Muhammad An-Naqib – Ali Al-’Uraidhi – Ja’far Ash-Shodiq – Muhammad Al-Baqir – Ali Zainal Abidin – Husain – Fatimah Az-Zahro – Muhammad SAW]

Beliau adalah Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq, dan terus bersambung nasabnya hingga Rasulullah SAW.

Beliau terkenal dengan julukan Shohib Mirbath, yang artinya penghuni daerah Mirbath. Mirbath adalah julukan bagi kota Dhafar lama, suatu daerah berpantai.

Beliau adalah seorang imam yang agung, unggulan di jamannya. Beliau banyak menguasai berbagai macam ilmu dan gemar mengamalkannya. Beliau seorang yang hidup dalam keadaan zuhud dan wara’. Hidupnya penuh dengan ibadah dan berbuat kebajikan. Seseorang yang melihat kehidupan beliau, pasti terkagum akan keindahan akhlak dan kemuliaan sifat-sifatnya.

Selain itu beliau juga seorang yang sangat dermawan dan pemurah. Kedalamannya di dalam menguasai ilmu menjadikan beliau sebagai seorang guru yang agung. Dengan kemuliaan dan kebaikan kehidupannya, muncullah di dalam diri beliau berbagai macam karomah.

Beliau aslinya berasal dari Hadramaut, kemudian memutuskan tinggal di Mirbath. Banyak para ulama yang berhasil dalam didikan beliau dan akhirnya menjadi ulama-ulama besar. Diantaranya adalah 4 putra beliau sendiri, yaitu Alwi, Abdullah, Ahmad dan Ali (ayah dari Ah-Fagih Al-Muqaddam). Selain itu ada juga beberapa ulama lainnya seperti Asy-Syeikh Muhammad bin Ali (yang disemayamkan di kota Sihr), Asy-Syeikh Al-Imam Ali bin Abdullah Adh-Dhafariyyin, Asy-Syeikh Salim bin Fadhl, Asy-Syeikh Ali bin Ahmad Bamarwan, Al-Qadhi Ahmad bin Muhammad Ba’isa, Asy-Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib.

Dari beliaulah, muncullah generasi-generasi yang membawa bendera dakwah seantero negeri. Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad melukiskan beliau dalam suatu bait syairnya,

“Penghuni Mirbath, seorang imam,
pusat bermuaranya keturunannya, para ahli dakwah”

Siapa lagi kalau bukan dari keturunan anak-anak beliau, yaitu Ali (ayah dari Al-Fagih Al-Muqaddam) dan Alwi (Ammul Fagih). Dari putra-putra beliau itulah, bertebaran insan-insan pembawa hidayah kepada jalan yang benar. Merekalah guru dari semua guru yang menyampaikan syariah ke seluruh negeri. Merekalah insan-insan pembawa kebenaran dari generasi ke generasi, dan bermuarakan dari Shohibur Risalah Nabi Muhammad SAW.

Beliau wafat pada tahun 556 H dan disemayamkan di Mirbath. Sampai sekarang makam beliau banyak diziarahi orang-orang yang ingin mengambil barakah dan terkabulnya doa.

Radhiyallohu anhu wa ardhah…

[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba'alawy]

Darakaah Yaa Ahlal Madiinah Yaa Tariim Wa Ahlahaa


Darakaah Yaa Ahlal Madiinah Yaa Tariim Wa Ahlahaa



“Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah Swt. didunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandangNya dan kedekatanmu padaNya di Akhirat.” (Al-Habib Umar bin Hafidz BSA)

Pernah melihat logo ism seperti gambar berikut? Logo ism yang sering dijumpai di berbagai majelis-majelis Ta’lim/maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll. atau dalam bentuk stiker. Saya di jalan juga sering melihat mobil-mobil di kaca belakangnya ditempel stiker logo ini. Banyak yang bertanya-tanya, logo apa itu?
Huruf ‘ha’ di tengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darakaah Yaa Ahlal Madiinah”, di bawahnya bertuliskan “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, di samping kanannya bertuliskan lafdzul jalalah yang berbunyi “Yaa Fattaah” dan di samping kirinya “Yaa Rozzaaq”. Di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110.
Mengenai ism seperti itu dan yang semacamnya maka hal itu merupakan tabarrukan dan tawassul kepada hal yang mulia. Sedangkan ism di atas sendiri adalah tabarruk dan tawassul kepada al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwiy al-Haddad, seorang wali yang sangat masyhur, cucu Rasulullah Saw. dari Sayyidina Husain bin al-Imam Amirul Mu’minin Ali bin Abu Thalib Kw., suami Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Rasulullah Muhammad Saw. Beliau adalah penyusun Ratib al-Haddad dan juga Wirdul Lathif yang banyak diamalkan oleh muslimin di berbagai penjuru dunia, juga Kitab Risalatul Mu’awanah, Nashoihud Diniyah, dll.

Dijelaskan oleh al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa:
“Darakaah Yaa Ahlal Madiinah”, maksudnya adalah bertawassul pada shohibul Madinah yaitu Rasul Saw. “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, adalah tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Bakdar, yang pada pekuburan zanbal itu juga terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abubakar ash-Shiddiq Ra.yang wafat di sana.
“110″ melambangkan marga Ibn Syeikh Abubakar bin Salim atau biasa disingkat dengan BSA (dzuriyyah Rasulullah Saw). “1030″ melambangkan marga al-Habsyi (dzuriyyah Rasulullah Saw.).
Sesuai faham Ahlussunnah wal Jama’ah, ‘azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.

Namun tentunya manfaat dan kemuliaannya bukan pada tulisan dan stiker itu, tapi tergantung pada penggunannya, dan bila Anda ingin menggunakannya maka boleh ditempel di pintu atau lainnya sebagai tabarrukan dengan nama Imam al-Haddad rahimahullah.
Mengenai tawassul, Allah Swt. sudah memerintahkan kita melakukan tawassul, tawassul adalah mengambil perantara makhluk untuk doa kita pada Allah Swt. Allah Swt. mengenalkan kita pada Iman dan Islam dengan perantara makhlukNya, yaitu Nabi Muhammad Saw. sebagai perantara pertama kita kepada Allah Swt., lalu perantara kedua adalah para sahabat, lalu perantara ketiga adalah para tabi’in, demikian berpuluh-puluh perantara sampai pada guru kita, yang mengajarkan kita islam, shalat, puasa, zakat dll, barangkali perantara kita adalah ayah ibu kita, namun di atas mereka ada perantara, demikian bersambung hingga Nabi Saw., sampailah kepada Allah Swt.
Allah Swt. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah/patuhlah kepada Allah Swt. dan carilah perantara yang dapat mendekatkan kepada Allah Swt. dan berjuanglah di jalan Allah Swt., agar kamu mendapatkan keberuntungan.” (QS. al-Maidah ayat 35).

Wallohu A’lam.

MP3 HISTORY OF NURUL MUSTHOFA


Album History Of Nurul Musthofa MP3 By Majelis Nurul Musthofa
Al Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf






01. MUQHODIMAH


02. LAILAHAILALLOH

03. KHOIROL BARIYYAH


04. ASSHOLATU'ALAN NABI


05. YAA ROBIBIL MUSTHOPA

06. WAQTHUSYAHAR

07. DAUNN'NI


08. SIDANAN'NABI


09. ALLAH IGHFIR LIMAN QOD`SYA

10. ALFASHOLALLOH


11. MUHAMMADUN YAA RASULULLAH


TEKS QASIDAH KISAH SANG RASUL DAN MP3




"Rohatil Athyaru Tasydu"
(Sya'ir Kisah Sang Rasul Al Habib Rizieq Shihab)


رَاحَتِ الاَطيَارُ تَشدُو فِى لِيَالىِ المَولِدِ
وَبَرِيقُ النُّورِيَبدُو مِن مَعَانِى اَحمَدِ
فِى لَيَالِى المَولِدِ


Abdullah nama ayahnya..
Aminah ibundanya..
Abdul Muthallib kakeknya..
Abu Thalib pamannya..
Khadijah istri setia..
Fathimah putri tercinta.. Semua bernasab mulia..
Dari Quraisy ternama..
{Inilah kisah sang Rasul..
yang penuh suka duka..2x}
{Oh penuh.. Suka duka..2x}

Dua bulan di kandungan..
Wafat ayahandanya..
Tahun gajah dilahirkan..
Yatim dengan kakeknya..
Sesuai adat yang ada..
Disusui Halimah.. Enam tahun usianya..
Wafat Ibu terpuja..
{Inilah kisah sang Rasul..
yang penuh suka duka..2x}
{Oh penuh.. suka duka..2x}

Delapan tahun usia..
Kakek meninggalkannya .. Abu thalib pun menjaga..
Paman paling membela..
Saat kecil menggembala..
Dagang saat remaja..
Umur dua puluh lima..
Memperistri Khadijah.. {Inilah kisah sang Rasul..
yang penuh suka duka..2X}
{Oh penuh.. suka duka..2x}

Di umur ketiga puluh..
Mempersatukan bangsa..
Saat peletakan batu..
Hajar aswad mulia..
Genap empat puluh tahun..
Mendapatkan risalah.. Ia pun menjadi Rasul..
Akhir para Anbiya..
{Inilah kisah sang Rasul..
yang penuh suka duka..2X}
{Oh penuh.. suka duka..2X}

MP3nya bisa di download disini : 
http://www.mediafire.com/?3i1z7j32iig969w

Tuesday, June 4, 2013

AS SYEIKH AS SAYYID JAMALUDDIN AL AKBAR AL HUSAINI - Sulawesi Selatan ( Kakeknya Para Wali Songo )


Sejarah masuknya Islam di Sulawesi Selatan hampir pasti selalu dikaitkan dengan datangnya tiga ulama dari Minangkabau; Datuk ri Bandang, Datuk ri Tiro dan Datuk ri Patimang. Ini dapat dimaklumi karena titik pijaknya adalah ketika Islam secara resmi diakui sebagai agama negara oleh kerajaan Gowa. Kalau ini dijadikan dasar pijakan, maka Islam datang ke Sulawesi Selatan pada tahun 1605 setelah kedatangan tiga orang ulama tersebut.

Tetapi kalau titik pijaknya adalah kedatangan para sayyid atau cucu turunan dari nabi maka jejak-jejak keislaman di Sulawesi Selatan sudah ada jauh sebelum itu yaitu pada tahun 1320 dengan kedatangan sayyid pertama di Sulawesi Selatan yakni Sayyid Jamaluddin al-Akbar Al-Husaini.

Siapa Jamaluddin al-Akbar al-Husaini? Dia adalah cucu turunan nabi atau ahl al-bayt yang pertama kali datang ke Sulawesi Selatan. Dia juga merupakan kakek kandung dari empat ulama penyebar Islam di Jawa yang lebih dikenal dengan wali songo yaitu Sayyid Maulana Malik Ibrahim, Sayyid Ainul Yaqin atau Sunan Giri, Sayyid Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel dan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Seperti dijelaskan oleh salah seorang ulama yang tergabung dalam Rabithatul Ulama (RU), cikal bakal NU di Sulawesi Selatan, KH. S. Jamaluddin Assagaf dalam bukunya, Kafaah dalam Perkawinan dan Dimensi Masyarakat Sulsel bahwa Jamaluddin al-Akbar al-Husaini datang dari Aceh atas undangan raja Majapahit, Prabu Wijaya. Setelah menghadap Prabu Wijaya, ia beserta rombongannya sebanyak 15 orang kemudian melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi Selatan, tepatnya di Tosora kabupaten Wajo melalui pantai Bojo Nepo kabupaten Barru. Kedatangan Jamaluddin al-Husaini di Tosora Wajo diperkirakan terjadi pada tahun 1320. Tahun ini kemudian dianggap sebagai awal kedatangan Islam di Sulawesi Selatan.

Kiai Jamaluddin lalu mengutip keterangan dari kitab Hadiqat al-Azhar yang ditulis Syekh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fattany, mufti kerajaan Fathani (Malaysia) bahwa dari isi daftar yang diperoleh dari Sayyid Abd. Rahman al-Qadri, Sultan Pontianak dinyatakan bahwa raja di negeri Bugis yang pertama-tama masuk Islam bernama La Maddusila, raja ke 40 yang memerintah pada tahun 800 H/1337 M. Sayangnya tidak dijelaskan di daerah Bugis mana dia memerintah dan siapa yang mengislamkan. Namun penulis kitab tersebut menduga bahwa tidaklah mustahil bila yang mengislamkan raja yang dimaksud adalah Sayyid Jamaluddin al-Husaini. Mengingat kedatangan ulama tersebut di daerah Bugis persis dengan masa pemerintahan raja itu. (KH. S. Jamaluddin Assagaf, tt: 26).

Keterangan serupa juga diberikan oleh Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bahwa sebelum para wali songo yang dipimpin oleh Sunan Ampel menduduki Majapahit, Sayyid Jamaluddin al-Husaini yang mula-mula tinggal di daerah Cepu Bojonegoro telah lebih dulu masuk ke ibukota Majapahit dan kemudian mendapat tanah perdikan. Dengan kemampuan yang tinggi dalam mengorganisasikan pertanian, Jamaluddin al-Husaini berhasil menolong banyak orang Majapahit yang akhirnya masuk Islam. Dari situ ia naik ke gunung Kawi. Kemudian melanjutkan perjalanannya ke Sengkang, ibukota kabupaten Wajo saat ini (Abdurrahman Wahid, 1998: 161).

Lalu mengapa nama Jamaluddin al-Husaini tak pernah ditemukan jejaknya dalam sejarah. Padahal perannya cukup penting dalam proses islamisasi di Sulawesi Selatan. Bahkan sebelum para wali songo menyebarkan Islam di Jawa, Jamaluddin al-Husaini telah memulainya dan konon wali songo sempat berguru kepadanya. Nah, ketika Datuk ri Bandang hendak memenuhi undangan raja Gowa untuk menyebarkan Islam di kerajaannya, terlebih dahulu meminta pertimbangan gurunya Sayyid Ainul Yaqin atau Sunan Giri. Sang guru tentu saja gembira mengingat agama Islam telah di bawa lebih dahulu oleh kakeknya, Sayyid Jamaluddin al-Husaini pada tahun 1320 M di daerah Bugis Sulawesi Selatan (KH. Jamaluddin, op. cit: 31).

Boleh jadi karena Jamaluddin al-Husaini tidak pernah bersentuhan langsung dengan kerajaan Gowa-Tallo yang diketahui merupakan salah satu kerajaan yang terbesar saat itu di Sulawesi Selatan sehingga proses islamisasi di Sulawesi Selatan tidak dikaitkan dengan dirinya. Yang jelas, sejarah Islamisasi di Sulawesi Selatan sesungguhnya tidaklah tunggal.

Yang menarik kemudian, dalam beberapa versi “resmi” tentang masuknya Islam di kerajaan Gowa-Tallo disebutkan bahwa sebelum Datuk ri Bandang tiba di Tallo, raja Tallo Sultan Abdullah diberitakan telah memeluk Islam dan yang mengislamkan adalah nabi sendiri. Konon nabi menampakkan dirinya dan menemui Sultan Abdullah. Nabi lalu menuliskan kalimat syahadatain lalu meminta kepada sang raja untuk memperlihatkan kepada tamunya yang datang dari jauh. Setelah tamunya datang ke Tallo, Sultan pun menemui tamu itu yang tak lain adalah Datuk ri Bandang. Dia lalu memperlihatkan tulisan yang ada di tangannya kepada tamunya. Tamu itu pun heran. Ternyata, Islam sudah ada di sini sebelum kami datang, kata sang tamu. Lalu raja mengisahkan hal ihwal pertemuannya dengan nabi. Karena itu, ada ungkapan yang berbunyi mangkasaraki nabbiya. Ungkapan tersebut menyatakan bahwa nabi telah menampakkan dirinya di Makassar. Dan asal-usul dinamakannya daerah ini dengan Makassar besar kemungkinan dari ungkapan tersebut. Sayangnya oleh beberapa sejarawan seperti J. Noorduyn yang menulis tentang Islamisasi di Makassar, cerita ini dianggap dongeng dan harus berhati-hati mengutipnya (Noorduyn, 1972: 31).

Ini kemudian menjadi menarik karena bukan sekedar perbedaan pendapat mengenai sejarah islamisasi di Nusantara atau Sulawesi secara khusus. Tapi bagaimana akar polarisasi keberagamaan sampai pada nalar agama, itu bisa dilacak dari proses islamisasi itu. Misalnya, ada perbedaan model dakwah yang dikembangkan oleh Jamaluddin al-Husaini dengan Datuk ri Bandang dkk. Ketika tiba di Tosora Wajo, dia dan para pengikutnya justru tidak mendakwahkan Islam. Sayyid Jamaluddin justru mengadakan pencak silat secara tertutup dengan para pengikutnya. Masyarakat sekitar pun ingin mengetahui pertemuan apa gerangan yang diadakan tiap sore itu. Akhirnya tersiarlah kabar bahwa yang dilakukan tamu-tamu itu adalah permainan langka yang dalam bahasa Bugis berarti suatu permainan gerakan yang bisa menjadi pembelaan diri bila mendapatkan serangan musuh. Karena yang memainkan permainan langka itu orang Arab (keturunan Arab) sehingga masyarakat setempat menamainya dengan langka arab.

Masyarakat pun kemudian memohon menjadi anggota agar dapat ikut dalam permainan langka itu. Karena permainan latihan berlanjut hingga malam hari, selepas magrib, Sayyid Jamaluddin dan rombongannya shalat. Masyarakat setempat yang ikut latihan juga turun shalat meskipun sekedar sebagai latihan. Meskipun pada akhirnya peserta latihan itu banyak yang mengucapkan syahadatain.

Belakangan, arena latihan yang bernama langka arab menjadi langkara. Kata ini yang kemudian menjadi langgara, lalu berubah menjadi mushallah dan masjid. (KH. Jamaluddin, op. cit: 28). Berbeda dengan Datuk ri Bandang dkk, ketika datang ke Makassar, sistem dakwah yang dikembangkan selain mengajarkan syahadatain mereka langsung mengajarkan sembahyang lima waktu, puasa ramadhan dan melarang perbuatan dosa besar seperti zina, menyembah berhala, membunuh, mencuri dan minum khamar. Dua tahun setelah kedatangan Datuk ri Bandang dkk diadakanlah shalat jum’at di masjid kerajaan Tallo setelah diumumkannya oleh raja Gowa bahwa agama Islam adalah agama resmi yang dianut kerajaan. (Ibid: 35). Islam yang dikembangkan oleh Datuk ri Bandang dkk inilah yang di kemudian hari lekat dengan negara. Dan memang dalam sejarah mainstream, hampir semua penyebar atau pendakwah Islam dekat dengan kerajaan.

Wali songo pun sangat akrab dengan kerajaan. Datuk ri Bandang, Datuk ri Tiro dan Datuk ri Patimang adalah orang-orang yang akrab dengan kerajaan. Karena itu, dapat dimaklumi kalau nalar keislaman yang dikembangkan oleh para pengikutnya adalah nalar-nalar negara. Jadi agama ya sekaligus negara. Dan nalar keislaman yang dikembangkan ini yang nantinya melahirkan nalar atau praktik keagamaan yang formalistik dan “tidak ramah” pada budaya setempat. Bahkan hancurnya beberapa aliran tarekat diduga karena dibabat habis oleh tokoh agama yang mengembangkan nalar formalistik yang berkolaborasi dengan kekuasaan.

Lain halnya dengan yang dikembangkan oleh Sayyid Jamaluddin al-Husaini atau yang seperti beliau. Hampir semua penganjur Islam model terakhir ini menjaga jarak dengan kekuasaan. Mereka pun tidak mendapat ruang dalam sejarah. Mereka adalah orang-orang yang sesat. Lihat saja bagaimana Hamzah Fansuri yang dianggap sesat oleh Ar-Raniri karena dianggap menyebarkan paham wihdatul wujud. Hak serupa dialami Siti Jenar, Syekh Mutamakkin dsb. Mereka adalah orang yang dianggap sesat oleh ulama-ulama kerajaan saat itu. Begitu pun di Sulawesi. Sebutlah misalnya Latola seorang wali di Desa Samaenre Pinrang, kecamatan Mattiro Sompe, yang bergelar Ipua Walie Pallipa Putewe Matinroe Massiku’na (Tuan Wali yang Bersarung Putih Dan Yang Tidur dengan berbaring pada sikutnya), oleh orang-orang luar dianggap sebagai biang keladi kemusyrikan dan bid’ah di desa tersebut. Padahal dia penganjur Islam yang justru dianggap wali oleh penduduk setempat. Atau Sayyid Jamaluddin al-Husaini yang sama sekali tidak dikenal dalam sejarah sebagai penganjur Islam. Padahal, perannya sangat vital karena tokoh ini adalah penyebar Islam generasi pertama. Tidak hanya di Sulawesi Selatan tapi justru wali songo pernah berguru kepadanya.

Ada yang menarik dari proses islamisasi di Luwu. Sebelum Datuk ri Patimang sampai di Luwu untuk mengislamkan raja Luwu, dia lebih dahulu singgah di daerah Bua. Di daerah itu, Datuk ri Patimang mengadakan singkarume atau dialog tentang Islam dengan Madika Bua Tandi Pau, pemimpin adat daerah Bua dan beberapa anggota hadat lainnya. Dalam singkarume itu Madika Bua memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang apa itu Islam. Bahkan Madika Bua mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya oleh Datuk ri Patimang dianggap pertanyaan waliyullah tingkat ketiga.

Akhirnya Datuk Sulaiman atau Datuk ri Patimang mengakui bahwa Madika Bua sesungguhnya telah Islam. Setelah dialog, Madika Bua dan Datuk ri Patimang saling uji kesaktian dan tidak satu pun ada yang kalah atau menang. Tapi pada akhirnya Madika Bua mau mengucapkan syahadatain dan mengikuti Datuk ri Patimang. Setelah Madika Bua mengucapkan syahadatain, barulah Madika Bua bersama Datuk ri Patimang menghadap ke raja Luwu untuk mengislamkan raja Luwu. Nah, jangan-jangan, Madika Bua mendapatkan pengetahuan keislamannya dari Jamaluddin al-Husaini. (SS-Jib)

*Penulis : Staf Divisi Agama dan Kebudayaan Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulsel.